Purnama itu jatuh tepat di langkan kota
di antara menara yang mencoba menusuk pinggiran langit
dan gang-gang di belakangnya yang sempit
tempat orang-orang tertidur kepanasan
sembari mengipasi tubuhnya dengan mimpi
khusus hanya untuk esok hari.
Untuk hari-hari berikutnya
adalah mimpi malam selanjutnya
terlalu banyak menyusun mimpi
akan membuat mereka sakit hati
mimpi tak bisa berusia lama
kecuali jika dirawat sebaik-baiknya
Tapi merawat mimpi butuh biaya;
sepasang sepatu untuk terus berjalan
seperiuk nasi agar tak kelaparan
segelas teh pahit bagi lengkapnya sebuah sarapan
dan segayung air untuk melemaskan rambut
agar kepala tak terjebak dalam masainya kusut
Demi membesarkan mimpi
orang-orang bersedia menjerang matahari
termasuk menyeduh serpihan cahaya sisa purnama
di dapur rumahnya
memasaknya bersama harapan
selama waktu belum berpamitan, pulang menuju kematian
Jakarta, 17 Juni 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI