Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ada, Tiada, dan Mengada-ada

19 Mei 2019   21:03 Diperbarui: 19 Mei 2019   21:14 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup ternyata serangkaian kejadian yang tak bisa dikendalikan. Berputar seperti roda pedati yang kehilangan saisnya. Melindas batu-batu. Untuk kemudian terjebak di kubangan tak menentu. Pada akhirnya terperangkap di jalan buntu, atau hanya sekedar kehilangan ladam sepatu.

Mati ternyata lebih pasti. Setelah resmi berhenti menjadi hakim, jaksa dan pegawai negara, semua beralih profesi menjadi pengacara. Membela dirinya sendiri. Di hadapan Malaikat yang berdiri memegang cemeti.

Hidup memiliki bermacam warna. Diaduk dalam kesempatan lalu dijatuhi sekian banyak prasangka. Sedangkan mati adalah hitam dan putih. Pilihannya hanya perih yang merintih-rintih. Atau meniti jembatan tertatih-tatih.

Hidup dan mati hanyalah soal nyanyian. Seperti malam yang sangat kesepian menunggu kedatangan hujan. Begitu yang ditunggu tiba dan kemudian reda, maka berakhirlah segera masa jeda.

Dari tiada menjadi ada. Dari ada lantas mengada-ngada. Dari yang mengada-ada pada akhirnya tetap saja tiada.

Bogor, 19 Mei 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun