Malam tanpa rembulan
tumpah di tempayan
bercampur sedikit air hujan
diaduk kuat oleh kenangan yang mencekam
seperti rama-rama yang terjebak lubang hitam
muram
Langit tanpa beranda
menumbuhkan bunga-bunga kapas yang melayang di udara
putih, pucat, dan saling terikat
mengumpulkan amanat demi amanat
dari rasi bintang mengenai ramalan
tentang ingatan dan harapan
lebam
Dosa-dosa dalam keranda
diusung bersama doa-doa
menjumpai malaikat dan cacing tanah
bersimpuh pasrah atas ruhnya yang berserah
bersedia mendengar semua tanya
yang belum tahu seperti apa cara menjawabnya
sungguh nestapa
Igauan dan gerutuan liar
dalam tidur yang diselingi gumaman nanar
atas mimpi-mimpi yang terbengkalai
setelah diruntuhkan seribu badai
sedangkan seribu asa belum habis disemai
pada perjalanan yang masih jauh dari usai
kusut masai
Malam kini memiliki beranda
yaitu langit yang merasa berdosa
atas doa-doa yang terperangkap awan
menunggu hujan
agar kembali bisa diterbangkan
menuju satu-satunya Pemilik rembulan
Bogor, 12 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H