Memori apa yang kau lupakan? Sehingga menurutmu sejarah harus berulang, dengan ribuan mosaik yang mesti direka ulang.
Padahal memori telah tercatat baik-baik dengan tinta yang tak lekang oleh perihal pelik. Pintamu sungguh rumit namun epik!
Serahasia apa kau menyembunyikan cinta? Di saat langit justru menawarkan birunya, untukmu mewarnai kanvas hati yang masih ditutupi jelaga.
Padahal rahasia itu tak ada pemiliknya. Tersimpan dalam ruang-ruang maya yang sederhana tapi tak ada pintunya. Kelak pasti terbuka dengan sendirinya melalui jendela.
Seerat apa kau mengikat kenangan yang menyenangkan? Ketika kau tergesa-gesa melarikan kerinduan, terhadap segmen rasa yang disebut sebagai pertemuan.
Padahal pertemuan selalu bertakdir. Sedangkan kehilangan itu rasa hati yang sumir. Akibat menggenggam terlalu erat harapan. Yang pada suatu ketika bisa tergelincir karena derasnya hujan.
Semua aku tanyakan
sebab aku tahu kau tak ingin memberikan jawaban
karena segala hal di dunia
menurutmu adalah retorika
sesederhana lenyapnya memorabilia
ketika nama kita sudah dipahat di pusara
Bogor, 12 Mei 2019
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H