Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Masa Lalu Bertamu dalam Warna Biru

20 April 2019   21:05 Diperbarui: 20 April 2019   21:07 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

----
She's got a smile it seems to me. Reminds me of childhood memories
Where everything. Was as fresh as the bright blue sky
****
Ini tentang masa kecil. Ketika langit masih sesempit tempat bermain layangan. Dan hujan mengajak bersalaman sebagai sahabat sepermainan. Berkubang di genangan. Tanpa harus takut akan kenangan.

Setiap hari dunia nampak begitu ranum. Segala hal selalu tersenyum. Tak ada sedikitpun ketakutan akan jemu. Semua warna adalah biru.

Memento mori. Merawat memori sebaik memelihara rasa hati. Tertawa bukan saja hanya karena bahagia. Tapi memang dunia nampak begitu ceria.
-----

Now and then when I see her face. She takes me away to that special place
And if I'd stare too long. I'd probably break down and cry
****
Melihatmu. Aku seolah sedang mengkalibrasi waktu. Ketika kita sempat saling berjanji. Bagaimana kelak akan bereinkarnasi kembali.

Menelusuri jejak masa silam. Dengan cara mengecat malam. Ke dalam mimpi-mimpi yang tak berlubang. Kita bersembunyi di dalamnya. Lalu saling menduga pintunya sebelah mana.

Seburuk-buruknya kedatangan masa lalu yang berombak, adalah ketika kita kehilangan jejak masa kanak-kanak. Lantas kita begitu capai menghadapi dunia. Karena kekuatan kita hilang separuhnya.
-----

Oh, oh, oh...Sweet child o' mine
Oh, oh, oh, oh...Sweet love of mine

She's got eyes of the bluest skies. As if they thought of rain
I hate to look into those eyes. And see an ounce of pain
Her hair reminds me of a warm safe place. Where as a child I'd hide
And pray for the thunder. And the rain. To quietly pass me by
****
Aku teringat sesuatu. Saat itu tanpa sengaja aku tenggelam dalam tatapanmu. Berenang sekuat tenaga mencapai tepian kornea. Untuk mendapati betapa matamu sungguh penuh cinta.

Namun ada juga kesakitan di sana. Entah apa. Tapi aku berusaha untuk tak mengingatnya. Sebab aku tahu kau tak mau seorangpun tahu. Itu adalah derita yang memang sudah seharusnya kau cumbu.

Semuanya terikat dengan kuat dalam ingatanku yang berdebu. Helai demi helai kenangan lalu mengajakku berburu. Manakah yang bisa membuatku lupa akan betapa berbisanya dunia, dan mana dunia yang akhirnya menjadikan aku seorang lelaki berbisa.

Bogor, 20 April 2019

Catatan; Puisi ini terinspirasi dari Sweet Child O Mine, salah satu lagu terpopuler dari grup band Guns 'N Roses.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun