Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Cinta Abadi Air dan Api

14 April 2019   05:45 Diperbarui: 14 April 2019   06:11 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panglima Kelelawar dikepung.  Tapi tidak ada yang berani menyerangnya.  Para penjaga itu tahu bahwa orang ini sangat sakti.  Mereka menunggu komando.  Tidak mau mati konyol tentu saja.

"Tunggu!" sebuah bayangan datang dengan cepat.  Putri Anjani.

Panglima Kelelawar menarik nafas lega.  Untung tadi dia tidak menjatuhkan tangan maut.  Padahal biasanya dia orang yang berhati pendek.  Cepat saja menghilangkan nyawa orang yang tidak disukainya.

Putri Anjani memberi hormat.

"Paduka Raja selamat datang di Istana Timur.  Aku tidak tahu paduka akan datang dengan cara begini.  Seharusnya paduka mengirim utusan atau telik sandi."

Panglima Kelelawar mengangguk.

"Aku tidak bisa memberi tahumu mengenai kedatanganku.  Aku harus datang secara berahasia.  Aku dan pasukanku adalah unsur kejutan dalam sebuah peperangan.  Oleh karena itu aku datang sendiri untuk tahu apa rencanamu."

Putri Anjani tertawa renyah.  Gadis ini memberi isyarat agar Panglima Kelelawar mengikutinya ke dalam.  Putri Anjani membawa sang raja ke ruang pertemuan rahasia.  Dia akan menyampaikan semua rencananya di sana.  Bhre Wirabumi dan gurunya ada di dalam sana mematangkan rencana.

Panglima Kelelawar tidak heran ketika Putri Anjani membawanya memasuki sebuah lorong berliku yang seolah tidak ada ujungnya dengan penuh jebakan di sana sini.  Ini wajar untuk sebuah istana besar.  Istananya juga memiliki beberapa tempat rahasia yang bahkan jauh lebih rumit lagi. Sebagian malah menembus bawah lautan.

Begitu sampai di ruangan tempat pertemuan.  Bhre Wirabumi berdiri menyambut raja dari laut selatan itu dengan hormat.  Ini adalah sekutu yang hebat.  Dia tidak boleh mengecewakannya.

"Selamat datang di istanaku Yang Mulia Raja.  Aku sangat senang Yang Mulia bersedia datang membantuku dalam pergerakan besar ini.  Aku akan melakukan hal yang sama bagi Yang Mulia sebagai balas jasa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun