Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengirim Pesan kepada Tuhan

13 April 2019   18:23 Diperbarui: 13 April 2019   18:36 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam keriuhan yang didesain oleh banyak pertengkaran, kita berada di tengah-tengahya sembari terengah-engah menyaring udara yang dipenuhi aroma perdebatan.

Di depan televisi kita mendadak tuli. Telinga dijejali begitu banyak agenda mengenai gemah ripah loh jinawi. Tapi, setelahnya kita dipaksa gagu karena berkali-kali tersedak janji.

Saat kita beralih mendengarkan radio, berharap dijamu dengan lagu-lagu tempo dulu tentang bagaimana cara terbaik mencintai negeri, tapi telinga yang sudah tuli kembali disesaki oleh berbagai macam akrobat yang sama sekali tak akurat. Ingin berucap keparat, tapi itu namanya laknat.

Di sela-sela jatuhnya temaram senja yang menenggelamkan banyak cahaya, kita duduk diberanda mendengarkan berita apa saja yang penting jangan tentang orang-orang yang mencari muka.

Kita digelisahkan oleh aura panasnya caci maki sementara kita lupa berada di negeri tempat lahirnya matahari. Di mana kehangatan hati adalah sesuatu yang jauh lebih pasti daripada sumpah dan janji yang sundul wiyati.

Di antara kebingungan yang meraja diraja, kita memutuskan untuk tidak lagi banyak bertanya. Hanya doa-doa terbaik saja yang kita terbangkan ke angkasa. Menemui Pemiliknya dan mengirimkan pesan sederhana;

Tuhan, tolong selamatkan negeri ini dari hiruk-pikuk dan segala macam kekacauan. Kami mencintainya begitu dalam. Jangan biarkan para durjana mengubur kedamaian di makam-makam tanpa nisan.

Bogor, 13 April 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun