Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Cinta Abadi Air dan Api

13 April 2019   10:43 Diperbarui: 13 April 2019   10:55 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arya Dahana menajamkan pendengarannya.  Dia bersembunyi di balik pohon besar di sebuah hutan di wilayah Istana Timur.  Pemuda ini sengaja bersembunyi karena di dengarnya derap banyak kaki kuda di kejauhan.  Banyak sekali.  Ini pasti pasukan besar, pikir Arya Dahana berdebar-debar.

Niatnya mendatangi tempat yang diperkirakannya akan menjadi pertempuran besar hanya karena ingin menepati janji.  Janji melunasi hutang nyawa kepada Putri Anjani.  Sekaligus juga berjaga-jaga apabila nanti Gendewa Bernyawa yang akan dikembalikannya ternyata dipergunakan dengan semena-mena oleh pemiliknya.  Dia tidak mau itu terjadi.  Itu bukan peperangan namanya.  Tapi pembantaian.

Benar saja.  Dari kejauhan nampak debu mengepul tinggi.  Itu pertanda bahwa ada rombongan besar yang lewat di jalanan dengan kecepatan tinggi. Arya Dahana menduga kuat bahwa itu adalah rombongan Maharaja Majapahit.  Pemuda ini menyelinap ke balik semak lalu melompat ke atas pohon. Berlompatan selincah bajing dari dahan ke dahan. 

Arya Dahana sadar yang sedang diintainya adalah seorang Maharaja.  Tentu Maharaja itu dikelilingi oleh orang-orang berilmu tinggi.  Dia sudah pernah bentrok dengan Ki Tunggal Jiwo.  Orang tua itu punya kemampuan luar biasa.  Meskipun Arya Dahana yakin bisa mengatasinya, namun ada selarik kenangan tentang Dyah Puspita yang akan menghalanginya untuk menjatuhkan tangan keras kepada pemimpin Sayap Sima itu.

Arya Dahana menjaga jarak.  Rasanya dari sini sudah cukup baginya untuk jelas melihat.  Dua pasukan berkuda mengawal beberapa kereta kencana di tengah-tengah.  Satu pasukan yang terdiri dari puluhan pengawal di depan.  Pasukan lainnya dengan jumlah orang yang sama di belakang. 

Arya Dahana mengrenyitkan dahi.  Memang ini rombongan besar.  Tapi sedikit tidak masuk akal jika Maharaja hanya dikawal oleh pengawal dengan jumlah sekian.  Jikapun ditambahkan dengan pasukan yang dilihatnya lewat jalan lain tadi, tetap saja itu jumlah pengawalan yang tidak mencerminkan pengawalan seorang Maharaja.  Ada yang aneh di sini.

Apakah mereka begitu yakin tidak ada bahaya di Istana Timur?  Apakah para telik sandi sama sekali tidak menangkap gelagat?  Atau justru di sinilah letak kehebatan Bhre Wirabumi dan Putri Anjani dalam berstrategi?

Pemuda ini sangat yakin bahwa Istana Timur sedang menyiapkan perangkap berbahaya.  Ini adalah kesempatan langka yang tidak mungkin disia-siakan oleh mereka.  Maharaja dan sebagian kekuatannya mendatangi sarang singa yang sedang tertidur namun setiap saat siap menerkam.

Lalu apa yang harus dilakukannya nanti jika sampai semua itu terjadi?  Arya Dahana menggaruk hidungnya.  Dia tidak akan ikut campur.  Itu jelas.  Itu semua urusan mereka.  Dia paling tidak mau terlibat dengan urusan kerajaan dan negara.  Sudah cukup dulu ayahnya tewas karena masalah negara. Selain itu jika ditimbang-timbang, hatinya lebih memilih Blambangan untuk dibela.  Blambangan adalah tanah airnya.

Setelah mendapatkan kesimpulan dari gejolak dalam pikirannya, Arya Dahana sedikit lega.  Urusan hutang dengan Putri Anjani akan dibatasinya.  Dia akan melindungi gadis itu dari satu kematian maka hutangnya akan lunas.  Arya Dahana semakin lega.

Namun satu hal yang tadi membuatnya begitu penasaran belumlah tuntas.  Arya Dahana yakin masih ada satu atau dua pasukan lain yang membayangi perjalanan dan keselamatan sang Maharaja.  Tapi dimana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun