Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Cinta Abadi Air dan Api

13 April 2019   10:43 Diperbarui: 13 April 2019   10:55 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Putri, aku memang menantikan kedatanganmu sebelum acara berlangsung besok.  Aku ingin tahu apa rencanamu?"  Bhre Wirabumi membuka percakapan.

"Begini paduka. Besok adalah kesempatan emas bagi kita untuk memulai gerakan.  Banyak tokoh Istana Barat hadir dalam acara peringatan.  Kita bisa mengurangi kekuatan mereka setidaknya separuh jika berhasil melenyapkan mereka di sini," Putri Anjani menukas cepat.

Datuk Rajo Bumi mengangguk-angguk.  Mengagumi kecerdasan muridnya.  Mahesa Agni bersedekap sambil mengerutkan keningnya.  Menyampaikan apa yang ada di hatinya.

"Putri, kita harus berhati-hati dalam merencanakan ini. Paduka, apakah sudah ada daftar siapa saja yang hadir dalam upacara peringatan ini?"

Bhre Wirabumi membuka selembar daun lontar berisi nama-nama.

"Tuanku Paduka Maharaja akan hadir.  Disertai dengan pasukan Sayap Sima yang dipimpin Ki Tunggal Jiwo.  Termasuk juga Panglima Besar Kerajaan yaitu Panglima Narendra.  Hanya Mahapatih Gajahmada yang tidak hadir karena sudah tersingkir ke tlatah Madakaripura semenjak kejadian Perang Bubat tempo hari."

Keempat tokoh yang sedang merencanakan pemberontakan besar tercenung sesaat.  Pasukan Sayap Sima adalah pengawal raja yang paling tangguh seantero Jawa.  Bahkan mungkin di seluruh Nusantara.  Mereka tidak boleh salah dalam mengatur strategi.  Jika salah-salah, pemberontakan itu hanya akan berumur sehari.

"Aku punya sebuah rencana Paduka.  Pasukan persekutuan kita selundupkan sebagai pelayan, among tamu dan penata acara.  Benteng rahasia ini menjadi tempat tokoh-tokoh yang sudah dikenal bersembunyi.  Menunggu waktunya tiba untuk memunculkan diri," Putri Anjani memecah kesunyian ruangan.

Bhre Wirabumi mengangguk puas.  Sekutunya ini memang cerdas.

Pembicaraan kemudian dilanjutkan untuk membahas rencana dengan lebih terperinci.  Siapa yang harus menyamar menjadi ini dan itu serta siapa saja yang mesti bersembunyi di lorong rahasia.

-----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun