Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Cinta Abadi Air dan Api

12 April 2019   10:17 Diperbarui: 12 April 2019   10:47 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab I

Idu idu geni telah berlepasan
Mencari tunai janji atau sumpahnya sendiri
Meraksasakan dendam dendam tak berkesudahan
Merekatkan suluran suluran cinta yang terpendamkan
Mengisi hakikat hidup
Mengurai rumit yang beradu muka dengan kemudahan
Sampai akhirnya kata bahagia kembali menjadi kosakata

Bab II

Benteng Bantar Muncang.  Benteng yang telah jatuh ke tangan kerajaan Lawa Agung ini sekarang berbenah habis habisan.  Panglima Kelelawar tidak menganggap ini sebagai sebuah keberhasilan besar.  Jatuhnya benteng ini lebih disebabkan kesalahan strategi Galuh Pakuan dalam membuat rantai pertahanan yang terlalu panjang.  Bala bantuan tidak segera bisa didatangkan.  

Mereka terlalu menganggap remeh Lawa Agung.  Kerajaan kecil yang tumbuh dan berdiri di pulau tak berpenghuni.  Mereka tidak sadar bahwa Lawa Agung berhasil menghimpun kekuatan yang sangat besar.  Termasuk bagaimana mengumpulkan tokoh-tokoh hebat dan sakti dunia persilatan untuk memperkuat barisan.

Jika saja Panglima Candraloka tidak terlalu terpaku pada ancaman raksasa dari timur, mungkin saja Galuh Pakuan sudah membangun paling tidak dua benteng  penghubung antara Bantar Muncang dengan Ibukota Galuh Pakuan.

Galuh Pakuan memperkuat pertahanannya di sisi timur.  Itu terlihat sekali dengan berderet-deretnya benteng pertahanan dari ibukota sampai ke perbatasan Cipamali.  Enam benteng!  Panglima Kelelawar telah lama mempelajari kelemahan ini berulangkali.  

Dia tidak mau mengulang kesalahan yang sama.  Oleh karena itu, panglima sakti murid terkasih Ratu Laut Selatan ini segera memerintahkan pembangunan dua benteng di pesisir selatan sebagai cadangan jika benteng Bantar Muncang diserang.

Menerima calon prajurit secara besar-besaran harus segera dilakukan.  Tapi penduduk pesisir selatan sangat sedikit jika dibandingkan dengan pesisir utara.  Darimanakah mereka bisa mendapatkan orang orang yang bersedia menjadi prajurit dalam jumlah besar?

Pertanyaan ini terus menggayuti benak Panglima Kelelawar sampai akhirnya matanya terbentur pada sosok Putri Anjani yang sedang berbincang ringan dengan Mahesa Agni dan gurunya Datuk Rajo Bumi.

Gadis itu adalah jalan keluarnya!  Dia berasal dari pantai utara.  Akan sangat mudah baginya untuk menarik hati para penduduk pantai utara yang umumnya adalah nelayan dan petani miskin.  Bisa melalui iming-iming upah yang tinggi atau bisa juga dengan cara-cara lain yang biasa dilakukan para pendekar berilmu tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun