Saya sesungguhnya ingin menuang rencana dalam mangkuk realita. Menyeduhnya di pagi yang bersahaja lalu mengajakmu menyaksikan uap tipisnya mengepul sebagai pertanda ini semua sedang bermula.
Walaupun mungkin nantinya kamu menolak ini semua, berkata tak percaya, lalu mengata-ngatai saya sebagai pendusta. Tak apa. Setidaknya inilah kisah kita. Yang sebenarnya.
Pada malam yang cukup padam, realita itu saya lepas ke angkasa. Seperti perayaan tahun baru cina ketika ribuan lampion beterbangan. Bersamaan itu pula ribuan harapan digumamkan lalu didoakan.
Saya melihat pandangan matamu tak mau menyala. Bagimu, angkasa adalah tempat yang terlalu penuh rahasia. Jika harapan terus saja menjadi misteri, lantas akan disebut apa itu patah hati?
Apabila ada suatu masa di mana cerita kita ditulis oleh kenangan, aku hendak menitipkan sebuah kalimat yang tak boleh lekang;
Cinta dan rindu adalah dua hal berbeda dengan satu nyawa. Jika cinta runtuh maka rindupun akan ikut terbunuh. Bila cinta telah siap diusung dalam keranda, maka rindu akan mengkafaninya sebelum sampai ke pusara.
Sesungguhnya, semua begitu sederhana. Namun kita terlalu banyak menonton opera.
Lalu meletakkan semuanya di dalam kotak pandora.
Mengada-ada.
Jakarta, 5 April 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI