Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Petang Hingga Pagi Hari, Sebuah Kronologi

4 April 2019   20:25 Diperbarui: 4 April 2019   20:28 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berteriaklah bulan malam ini!
Jika ada nama-nama yang belum disebutkan dalam pasal-pasal cinta dari purnama, aku akan menyebutkannya kemudian. Mencatatnya baik-baik dalam lembar ingatan malam. Mereka adalah sebagian dari orang-orang yang berhak memperoleh kerinduan yang tak akan pernah padam.

Melengkinglah suara kejora pagi nanti!
Bila saat hadirku ada mata yang mati-matian memutuskan untuk terjaga, aku akan menyudahi penantiannya akan cinta. Aku beri dia percikan cahaya yang belum pernah ada di dunia. Cahaya kerinduan yang mungkin hanya bisa diproduksi oleh surga.

Meledaklah amarah matahari esok hari!
Manakala kalian mencandai pagi hanya untuk memperoleh sedikit derma atas embunnya yang bisa menyiangi bersemaknya hati, aku akan menghapus bayangan yang kalian kira adalah harapan. Setelah itu kalian akan sungguh-sungguh merasa kehilangan. Apa yang dalam buku kalian sebut sebagai kerinduan.

Semenjak petang, malam hingga pagi hari, sebuah kronologi akan selalu dituliskan. Sebagai saksi atas berlakunya banyak peristiwa dan kejadian. Entah itu membuat patah hati, atau sekedar mencederai sunyi. Atau mungkin saja memberi kekuatan. Setelah semua perihal berakhir berantakan. Namun di antaranya terlahir kebajikan demi kebajikan.

Petang boleh saja menua tanpa perantara. Malam bisa terluka oleh perkara-perkara tak kentara. Lalu dinihari barangkali bisa jadi menyandera sebagian besar mimpi. Tapi pagi mudah saja memberikan pengertian bahwa semua hal masih bisa dimulai lagi.

Tak ada yang abadi kecuali Yang sanggup memadamkan matahari!

Jakarta, 4 April 2019

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun