Setiap detik selalu berharga, bagi orang-orang yang menghabiskan waktu dan ruang di jalanan, untuk selonjoran di dipan tua meski banyak tumbilaknya.
Tak ada detik yang terbuang, bagi orang-orang yang melautkan dirinya pada badai, untuk menarik nafas sejenak di pantai yang lengang.
Detik demi detik sangatlah berarti, bagi orang-orang yang menyusut keringatnya hingga dinihari, mengumpulkan keping demi keping uang recehan, agar sampai di pintu rumah sambil membawa kembang-kembang senyuman.
Detik-detik di hadapan adalah harapan. Setelah tertinggal di belakang menjadikan dirinya masa silam. Berlarian mengejar seperti bayangan. Sampai nanti ketika cahaya matahari hanya bersisa reruntuhan.
Saat detik-detik diberangkatkan, saat itulah waktu memulai perjalanan. Menyinggahi lima perhentian; 1) sebelum fajar tenggelam di cakrawala, 2) sebelum kepala tepat menginjak bayangannya, 3) sebelum senja membagi-bagi temaramnya, 4) sebelum petang benar-benar menghilangkan cahaya, dan 5) sebelum kegelapan yang sesungguhnya dinobatkan menjadi raja.
Juga sebelum kematian menjadi puncak dari segala perkara.
Bogor, 31 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H