Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Suara, Ingatan dan Segala Kenangannya

30 Maret 2019   21:10 Diperbarui: 31 Maret 2019   19:28 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

 Ketika cangkang kecomang selalu memperdengarkan suara lautan, dan bibir tempayan menyunggingkan senyuman menunggu kedatangan hujan, aku membangun sketsa rumah untuk menggambarkan kerinduan. Kepadamu wahai perempuan! yang tertatih menyeret selaksa masa silam.

Ketika burung-burung camar menyambar udara pesisir, dan tukik-tukik kecil sibuk membersihkan jalan dari lipatan pasir, aku menyisir perlahan ingatanku yang menjadi musafir. Pada perjalanan panjang! Menujumu yang menuntutku segera pulang.

Ketika suara-suara malam menyekap banyak keberanian, dan setangkup pecahan bulan mendarat di halaman, aku merajut helai demi helai benang kenangan! Setelah terlalu lama menggenang di kepala yang kehabisan ruang.

Ketika pokok-pokok cemara meluruhkan jarumnya ke bumi, dan bunga-bunga kamboja terserak menunggui orang-orang mati, aku melepaskan diri dari sunyi. Atas kegaduhan yang memaksa! Agar aku meludahkan selusin kata-kata.

Tentang betapa rindunya mencinta, dan airmata yang tak diperkenankan lagi menyertainya!

Bogor, 30 Maret 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun