Bab XV-2
Gadis cantik ini juga bersiap sepenuhnya. Â Ini saatnya Gempa Pralaya dikeluarkan. Â Dia tak akan sanggup menghadapi ilmu pukulan api itu dengan ajian biasa. Â Bahkan jika perlu dia harus mendahuluinya. Â
Cepat-cepat gadis ini merapal Gempa Pralaya. Â Gerakannya terlambat. Â Dari sepasang tangan Panglima Kelelawar keluar dua larik cahaya menyilaukan mata menghantam Dewi Mulia Ratri. Â Gadis ini tergopoh-gopoh bertahan sekuatnya. Â Ditahannya pukulan dahsyat itu dengan menggunakan Gempa Pralaya.
"Blaaaarrrr....blaaaaarrr....!"
Dewi Mulia Ratri terpelanting keras. Â Tubuhnya terguling-guling di tanah. Â Bercak-bercak darah dari mulutnya ikut muncrat bersama tubuhnya yang terguling. Â Dengan terengah-engah Dewi Mulia Ratri mencoba bangkit meski dadanya teramat sakit. Â Jelas sekali bahwa dia kalah tenaga dalam dan tingkat kesempurnaan pukulan. Â Luka dalam ini membuat dadanya sesak.
Panglima Kelelawar melanjutkan pukulannya untuk menghabisi gadis tangguh yang sedang terhuyung-huyung itu. Â Sekali lagi kelebatan pukulan menyilaukan Bayangan Matahari mengarah gadis yang belum tegak berdiri itu. Â Dewi Mulia Ratri hanya bisa mempersiapkan diri untuk menangkis dengan sisa tenaga yang ada. Â Dia tahu, dengan tenaga sepenuhnya saja dia tidak sanggup menandingi kehebatan pukulan itu, apalagi di saat terluka seperti ini.Â
"Blaaaarrr...blaaaaarrrr!!!!"
Untuk kedua kalinya udara berguncang akibat pertemuan dua pukulan hebat. Â Sama sama pukulan Bayangan Matahari. Â Panglima Kelelawar gantian yang terhuyung huyung ke belakang. Â Sementara si penangkis pukulan yang bisa membunuh Dewi Mulia Ratri tadi berdiri bergoyang goyang. Â Kali ini Panglima Kelelawar yang kalah tenaga.
Dewi Mulia Ratri terbatuk-batuk mengeluarkan darah. Â Dadanya sakit bukan main. Â Namun hatinya girang bukan kepalang. Â Meskipun hampir pingsan, gadis ini masih sempat berteriak lirih,
"Dahana....kau dataaang....."