Ada pesan rindu, darimu yang sedang bersitegang dengan waktu. Katamu, pada setiap pagi yang membantu membuka daun jendela, kau menemukan banyak kata-kata berguguran. Di taman yang sengaja hanya kau tanami dengan anggrek bulan.
Sebuah mosaik rumit yang tersusun dari warna, kata-kata dan bunga-bunga, kau bangun di beranda. Tempatmu mereka ulang kenangan yang berantakan. Atas nama cinta berikut atribut masa silam. Putih dan hitam.
Pada lansekap sederhana yang cuma terdiri dari lumut dan batu-batu, kau menuliskan sajak-sajak gagu. Mewakili keraguan dan keyakinan yang bergantian datang. Menjadi tamu sekaligus seteru, di rumahmu yang kehilangan tembang dan kembang.
Mosaik rindu di lansekap yang bisu. Menyertai langit pagi yang biru. Di sanalah kau letakkan bayang angan yang berpengharapan. Juga harapan yang tak melenyap hanya karena senyapnya angan-angan.
Bogor, 17 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H