Seperti dulu-dulu
di kala rindu mengetuk pintu
aku mengintipnya terlebih dahulu
dari sela-sela lubang kunci
benarkah ini rindu setengah mati
ataukah rindu yang membawa arwah-arwah sunyi
supaya aku bisa memilih yang mana
dan dengan cara apa aku menyapa
Aku akan membuka pintunya
dengan tergesa-gesa
lalu mengucap salam
;selamat datang wahai rindu dan dendam
bila rindu yang kau bawa, aku akan mulai memahat bahagia
jika dendam yang ada pelupuk mata, aku akan mulai menggali pusara
Ketika rindu mengajak berbincang
tentang rencana bintang-bintang
yang merindukan rasi-rasi tempatnya dibesarkan
juga tentang renjana-renjana hujan
yang menginginkan peristiwa kepulangan
dari embun, kabut, dan awan
tempatnya dilahirkan
Maka aku akan meminta mata memanjat langit malam
menyaksikan bintang-bintang menjatuhkan cahaya suam-suam
agar aku bisa membaca
dengan sebaik-baiknya
buku-buku tentang cinta
Maka aku juga akan menadah hujan
di serambi dan halaman depan
agar bisa menumbuhkan bunga-bunga
lengkap dengan nektarnya
sehingga bisa memaniskan cinta
supaya tak cuma pahit saja
pada setiap akhir ceritanya
Bogor, 16 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H