Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Peron Stasiun Kereta

15 Maret 2019   17:03 Diperbarui: 15 Maret 2019   17:40 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apabila kau merasa kata-katamu patah di tengah jalan karena rantai pengikatnya yang berupa cinta terganggu oleh prasangka, duduklah diam sejenak saja, di peron stasiun kereta.

Kau akan melihat hilir mudik harapan di gerbong-gerbong sarat muatan. Kau akan saksikan para penumpang berdesakan, naik turun memberangkatkan dan memulangkan keinginan.

Kau akan semakin terheran-heran saat melihat di keretalah asal mula timbul tenggelamnya senyuman. Dari orang-orang yang patah hati namun tidak frustasi. Dan dari orang-orang yang dikepung sunyi tapi tak pernah merasa sendiri.

Jika itu semua belum cukup untuk menumbuhkan kata-kata yang bisa menyembuhkan luka. Akibat cinta yang patah di tengah jalan karena banyak alasan yang tidak termasuk dalam rencana. Maka peron stasiun kereta adalah tempat paling tepat bagimu untuk berbagi cerita. Dengan cara menuliskan sajak-sajak yang mati muda.

Jakarta, 15 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun