Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mesin Tanpa Koin

3 Maret 2019   09:34 Diperbarui: 3 Maret 2019   10:02 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku terbangun entah di mana. Di sekeliling orang-orang yang begitu tergesa-gesa. Mengejar masa atau hanya sekedar jumawa agar terlihat sebagai manusia yang menyeret asa di belakang tubuhnya.

Orang-orang itu menjadikan dirinya mesin tanpa koin. Bergerak dan berjalan menunggu perintah pemimpin. Terhuyung-huyung di belakang. Tanpa pegangan.

Spanduk-spanduk bertebaran laksana hujan. Di sudut jalan, perempatan, dan pohon-pohonan. Memamerkan senyum malaikat. Berharap para mesin terpikat hebat.

Semboyan dan slogan berceceran seperti di peternakan ayam. Menghasilkan telor, bulu-bulu dan tumpukan kotoran. Telor sebagai janji yang belum pecah, bulu-bulu dari kiasan-kiasan entah, dan kotoran berupa sumpah demi sumpah.

Mesin-mesin berdengung. Memutar mata mereka yang kosong dengan bingung. Bergerak lambat mencerna satu persatu dengan nanar. Manakah di antaranya yang berkata benar-benar.

Salah cerna akan menggadaikan hidup mereka. Selama beberapa tahun yang merana.

Bogor, 3 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun