Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Aransemen Cinta

25 Februari 2019   23:09 Diperbarui: 26 Februari 2019   00:09 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pxhere.com

Di dalam lagu-lagu riang yang disenandungkan anak-anak gembala di atas kerbaunya, aku menemukan percikan kedamaian yang tidak bisa dirumuskan oleh para filsuf ternama.

Di dalam lipatan kebaya yang disingkap oleh para ibu muda yang menyusui bayinya, aku bersaksi ini adalah pertunjukan busana paling menakjubkan yang belum pernah dipanggungkan para desainer dunia.

Di dalam setiap jendela yang terbuka pada setiap pagi yang usai terjaga dari tidur panjangnya, aku berani bersumpah menjumpai situasi tercantik yang pernah dipersembahkan oleh bunga-bunga yang mekar tepat pada waktunya.

Itu semua aransemen cinta.

Dan kita sering tak menyadari karena sibuk dengan diri sendiri yang merasa begitu penat dihimpit sepi.

Juga terlalu lama dicekam rasa ketakutan sehingga memutuskan berlama-lama berkubang dalam banyak kepura-puraan.

Kita mesti melakukan amandemen aturan cinta.

Jika tidak kita akan semakin terpuruk dalam pikiran-pikiran buruk yang menyeret kita sangat jauh pada kesimpulan-kesimpulan yang muluk-muluk.

Dan kita terbang tanpa sayap. Melayang tanpa pegangan. Terjungkal setelahnya dalam puncak rasa mual. Berharap diselamatkan oleh khayal yang kita ciptakan sambil membaca buku-buku tentang survival.

Tetap saja kita gagal.

Pada akhirnya menempatkan kita pada satu titik menjadi seorang penjagal. Atas keyakinan yang berusaha dibangun dengan susah-payah. Dalam suasana riuh-rendah hati yang berderak-derak patah.

Kita mesti kembali mengaransemen ulang partitur hati dan jiwa.

Jika tidak, kita akan kehilangan rasa bahkan sebelum mengatur sebuah jadwal pertemuan cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun