Di ranjang ini kita bersua
dengan mimpi terbaik yang kita setubuhi bersama
lantas melahirkan harapan demi harapan
yang dewasa begitu cepat hingga kita tidak sadar belum sempat berdandan
menghadiri undangan perjamuan
atas perayaan-perayaan yang bukan kegembiraan
namun berwujud pesta-pesta kematian
Pada jendela yang terbuka ini kita mereguk pagi
dengan kerongkongan sepenuh air di kali saat musim hujan
lalu kemarau mengetuk pintu
datang bertamu untuk mengingatkan bahwa kita masih berhutang
terhadap waktu yang dulu sempat kita adopsi
kemudian kita telantarkan begitu saja
terbuang di jalanan, hanyut di selokan, dan tempat-tempat perjudian
di mana kita mempertaruhkan kebahagiaan
hanya dalam satu babak permainan
Di suatu masa kita telah sadar
sesudah menerima kabar yang beredar
dijatuhkan sayap dan paruh burung Nazar
bahwa mataharipun bisa mati
dan bumi dengan mudah menjelma menjadi zombi
lautan menjadi larutan alkali
dan kita melolong-lolong meminta mati
Tapi Tuhan sengaja tak mendengarkan
supaya kita tahu apa artinya penderitaan
setelah lama menyaksikan
kita sengaja merubah diri menjadi barbarian
25 Februari 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI