Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan yang Selalu Menunggu Pagi

11 Februari 2019   04:12 Diperbarui: 11 Februari 2019   04:15 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku baru saja membaca sebuah puisi.

Di dalamnya mengandung satu nampan gaya bahasa yang menggambarkan liukan tubuh erotis seorang perempuan yang jatuh hati terhadap rembulan namun kemudian menikamnya dengan sengaja.

Bait-baitnya mengisyaratkan ketajaman bilah kata yang merupakan simbol dari senyuman tragis seorang perempuan yang baru saja membunuh rembulan namun kemudian menyusuinya dan berharap ruh kembali kepadanya.

Kata demi kata dipenggal sedemikian mengejutkan sehingga terlihat seperti kecantikan khas gadis-gadis dari negeri mediterrania. Menggoda namun tak bisa digoda.

Puisi itu begitu romantis sehingga setelah membacanya aku harus menahan diri agar tidak menjelma menjadi seorang lelaki jahanam yang jatuh cinta secara liris.

Puisi itu menunjukkan penyairnya adalah seorang perempuan yang pada sepasang matanya tersimpan banyak kegaduhan namun menyorot hanya dengan satu keheningan.

Perempuan yang sedang mengejar malam untuk dijadikan kudapan.

Perempuan yang menunggu pagi demi pagi agar bisa membunuhnya berkali-kali.

Jakarta, 11 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun