Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memenggal Rasa Peduli

6 Februari 2019   18:32 Diperbarui: 6 Februari 2019   18:30 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kota yang selalu merindukan kegaduhan,
kita juga terlalu menjebak kepala dengan keriuhan.

Ini tentang matahari
memaksa kita berteduh justru ketika kita tak ingin singgah ke mana-mana
juga tentang mata hati
menyuruh kita mengeluh di saat kita sedang sukarela memeras keringat untuk ke sekian kalinya

Isi kepala lantas mengambil jalan pintas
dengan melintasi batas-batas
antara kegilaan dan rasa sadar
tahu-tahu kita sudah terbangun dalam sangkar
memenjarakan rasa percaya
di dalam penjara
yang dibangun sendiri
dari seutas tali dan banyak duri-duri

Ini tentang sore hari
meminta kita mengalah padahal kita sedang begitu gagah mengerakahi
juga tentang tubuh sunyi
memohon pelukan hangat di saat kita melepas gigil satu persatu dari pori-pori

Ini semua tentang kita yang mencoba sekuat tenaga berlari
menghindari keinginan sengaja untuk patah hati
di suatu kesempatan ketika kota tak lagi menghendaki
dan kita memenggal kepala sendiri dengan rasa tak peduli

Jakarta, 6 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun