Saya berikan contoh satu lagi untuk pemberian judul pada karya puisi;
Hujan Bulan Juni karya Sapardi, bandingkan dengan Di Bulan Juni Turun Hujan. Atau Senja Mati di Tepian Kali (karya ini belum dituliskan...haha), bandingkan dengan Di Tepi Sungai Senja Meninggal Dunia.
Terasa sekali perbedaan daya tariknya bukan?
Jadi jangan pernah abai sedikitpun terhadap judul tulisan anda. Buat semenarik mungkin. Jadikan prioritas pertama anda ketika menuliskan sebuah karya fiksi. Jika anda mengalokasikan waktu menulis puisi selama 10 menit, 5 menitnya pergunakan untuk memikirkan judul yang paling atraktif!
Akhirnya
Judul sebuah tulisan bisa dibuat sebelum atau sesudah menulis inti cerita. Tergantung anda lebih nyaman yang mana. Namun tetap saja, waktu maksimum untuk mencari judul terbaik adalah sama dengan waktu maksimum menuliskan ceritanya.
Jangan terburu-buru! Anda pasti tidak ingin para pembaca langsung murka dan memalingkan muka hanya dengan membaca judul tulisan anda.
Hipnotis mereka dengan judul yang cantik, manis, tragis atau melankolis. Tata susunan kalimatnya sedemikian rupa sama seperti ketika anda menghidangkan perjamuan di meja makan saat kedatangan mertua.
Ingat! Judul adalah pintu gerbang tulisan anda. Jangan biarkan tulisan anda tidak dijenguk hanya karena gerbangnya sulit dibuka.
Selamat mencoba!
Jakarta, 3 Februari 2019