Aku menggali-gali
seperti sekumpulan orang kelaparan sedang mencari ubi
terciptalah lubang galian yang darinya menguar nyala api
dari apinya aku memulung sedikit adrenalin walaupun tipis
karena aku kira aku ini nyaris saja tertelan siklon yang kronis
Ketemu!
ternyata kau bersembunyi di antara sisa debar dan rasa samar
kau nyaris serupa dengan damar
lampu redup yang dipilin dari sumbu ingatan
diminyaki oleh getah perekat yang disadap dari rimbunnya peringatan
dari setiap kata-kata yang kau lahirkan dari rahim malam
berduyun-duyunlah datang kelam!
dari setiap kata-kata yang kau sarikan dari tembuni pagi
berombongan tiba yang disebut puncak imajinasi!
dari setiap kata-kata yang kau ambil dari sisa hujan
bertubi-tubi mendatangi yang dinamakan terbangkitkan!
entah karena apa
aku rasa kau adalah jurang yang menganga
sekaligus puncak Chomolungma
menerjunkanku di kedalaman
sekaligus membuatku terengah-engah di pendakian
aku berterimakasih kepadamu!
atas kesediaanmu
meninggalkan jejak waktu
Jakarta, 3 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H