Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Carilah Percikan Cahaya Pelita!

2 Februari 2019   22:30 Diperbarui: 2 Februari 2019   23:12 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam keremangan yang merindukan kunang-kunang, kau tersandung ratapan yang menyeretmu terjatuh dalam airmata satu kolam.

Kau menggumam tanpa suara, tapi hatimu ramai oleh banyak perbincangan yang berujung pada pertengkaran. Antara rasa percaya dengan noktah kemasgulan.

Kau membiarkan barakuda berenang-renang di kolam airmatamu. Mungkin kau pikir ikan predator itu bisa membantumu menelan setiap rasa ngilu.

Sebenarnya aku tak ingin kau memerangkap dirimu sendiri dalam bui yang memenjarakan keyakinanmu terhadap kekuatan hati.

Tapi aku tak berhak menghakimi. Aku hanya bisa sedikit memaki.

Itupun kalau kau menyadari bahwa makianku lebih karena aku menyayangi, bukan karena aku lebih paham filosofi.

Sekarang, ada baiknya kau bersandar pada dinding kamar yang ikut gemetar karena kau meneriakkan beberapa kalimat barbar.

Aku masih di sini kalau kau pikir ingin berbicara tentang bait-bait puisi yang tidak lagi manis tapi lebih bisa menghiburmu yang terlalu penat dengan tali pengikat yang kau simpul kuat-kuat di dadamu yang berdetak cepat.

Bicaralah, lalu biarkan malam mencari kunang-kunangnya. Atau diamlah, dan biarkan dirimu mencari sedikit percikan cahaya pelita.

Itu saja.

Bogor, 2 Februari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun