1)
Ayat-ayat hujan
diturunkan ketika langit merasa kehilangan
ketika ladang kapasnya dipanen habis-habisan
menyisakan langit sebuah kekosongan
bunyi ayatnya tak berlebihan;
demi kemarau yang mengeringkan isi kepala, kau berhak meminta hujan saat sandyakala, ketika kau nyaris hangus dan harapanmu hampir pupus.
2)
Ayat-ayat cinta
berkumpul di buku-buku sajak dan puisi
ditulis oleh para pecinta yang pada benaknya terhantui
oleh gelegar cinta dan gemetarnya patah hati
diarak oleh rasa bahagia atau keinginan bunuh diri;
saat hatimu terlukai oleh mimpi yang kau ciptakan sendiri, kau harus mendustainya dengan mengatakan tidak apa-apa. Semua baik-baik saja. Itu semua agar kau tak menggali pemakaman bagi hati dengan tergesa-gesa.
3)
Ayat-ayat Tuhan
sengaja ada agar orang-orang tak kehilangan jejak
di setapak mana harus berpijak
di bagian apa kebaikan mesti terletak
kepada siapa mesti menyandarkan pundak
jika rencana dan peristiwa hadir mengkoyak-koyak;
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. (Al Anbiya 35)
Hujan selalu mencintai apa yang telah dijatuhi
Seperti cinta yang akan menghujani siapapun yang mempercayai
Adanya Tuhan yang menciptakan hujan sekaligus cinta sebagai sepasang unsur yang saling melengkapi
Bogor, 2 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H