Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ritus Matahari

30 Januari 2019   22:25 Diperbarui: 31 Januari 2019   03:45 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Engkau berusaha sekuatnya merestorasi hati dengan melakukan ritual tua seperti saat suku Maya mencari jejak matahari.

Dari semua bekas luka, engkau coba membebat sebagiannya dengan airmata, sebagiannya lagi engkau biarkan meruyak menganga. Menurutmu itu pelajaran berharga agar engkau tetap ingat bagaimana rasa cuka.

Kini hatimu sudah kembali.

Di depan sana, matahari menunggu dengan setia dalam sebuah upacara persis seperti saat suku Inca menyimpannya sebagai ritus dalam hati.

Dari semua harapan, engkau membungkus sebagiannya dengan rencana, sebagiannya lagi engkau abaikan begitu saja. Bagimu harapan tanpa rencana adalah jalan terbaik untuk mengirimkan doa-doa ke angkasa menuju Tuhannya.

Kali ini hatimu sepenuhnya menyala lagi.

Palembang, 30 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun