Engkau berusaha sekuatnya merestorasi hati dengan melakukan ritual tua seperti saat suku Maya mencari jejak matahari.
Dari semua bekas luka, engkau coba membebat sebagiannya dengan airmata, sebagiannya lagi engkau biarkan meruyak menganga. Menurutmu itu pelajaran berharga agar engkau tetap ingat bagaimana rasa cuka.
Kini hatimu sudah kembali.
Di depan sana, matahari menunggu dengan setia dalam sebuah upacara persis seperti saat suku Inca menyimpannya sebagai ritus dalam hati.
Dari semua harapan, engkau membungkus sebagiannya dengan rencana, sebagiannya lagi engkau abaikan begitu saja. Bagimu harapan tanpa rencana adalah jalan terbaik untuk mengirimkan doa-doa ke angkasa menuju Tuhannya.
Kali ini hatimu sepenuhnya menyala lagi.
Palembang, 30 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H