Bhre Wirabumi sangat mengandalkan kemampuan Ki Mahesa Agni untuk merangkul tokoh tokoh dunia persilatan memperkuat Istana Timur. Â
Kekuatan Istana Timur masih jauh dari cukup untuk menandingi Istana Barat. Â Terutama dalam hal menandingi kehebatan pasukan Sayap Sima yang luar biasa. Â Sayap Sima dipenuhi oleh tokoh tokoh hebat dunia persilatan yang tidak disangsikan lagi kepandaian dan kemahirannya dalam bertempur sebagai pasukan maupun perorangan.Â
Ki Mahesa Agni berhasil merangkul beberapa tokoh silat yang kebanyakan berasal dari pesisir selatan dan padepokan padepokan sekitar pegunungan Meru Betiri. Â Daerah daerah ini memang secara budaya masih lebih dekat ke Blambangan dibanding Majapahit. Â Blambangan secara mendarah daging adalah musuh Majapahit. Â
Perang besar perbatasan beberapa saka yang lalu, masih menyisakan luka dan dendam yang teramat dalam bagi orang orang Blambangan. Â Oleh karena itu, ketika melihat Istana Timur Majapahit mencoba membangun kekuatan untuk melawan Istana Barat Majapahit yang merupakan pusat kerajaan, Kerajaan Blambangan dengan senang hati bersedia bersekutu.
Posisi Istana Barat Majapahit menjadi sangat rawan sebetulnya. Â Perang Bubat dengan Galuh Pakuan menyimpan bara di perbatasan kerajaan bagian barat. Â Perang perbatasan dengan Blambangan membuat api di wilayah timur setiap saat bisa berkobar. Â Belum lagi pemberontakan di wilayah wilayah kekuasaan di luar Pulau Jawa semakin hari semakin menguat.
Pasukan Sayap Sima pimpinan Ki Tunggal Jiwo sebenarnya tidak tinggal diam. Â Meskipun sang pengendali Mahapatih Gajahmada telah mengasingkan diri, namun kekuatan wibawa Hayam Wuruk dan kejayaan Majapahit masih begitu dalam tertanam di dada semua orang Sayap Sima. Â
Ki Tunggal Jiwo paham sekali bahwa ancaman bagi keutuhan Majapahit datang dari mana mana. Â Tokoh ini kemudian membuat siasat untuk mengurangi ancaman dari arah barat dengan mengirimkan utusan ke pesisir selatan Sukabumi untuk menghadap Panglima Kelelawar di Pulau Kabut. Â
Utusan tersebut juga bukan orang sembarangan. Â Maesa Amuk adalah kepala rombongan yang diutus.Â
Ki Tunggal Jiwo atas ijin Prabu Hayam Wuruk juga mengirimkan utusan ke Kerajaan Bali. Â Tentu saja maksudnya adalah untuk menjalin persahabatan dengan kerajaan di timur agar Blambangan dan Istana Timur terpecah perhatiannya yang berarti terpecah juga kekuatannya. Â Utusan ke Kerajaan Bali dipimpin oleh Madaharsa. Â Madaharsa masih mempunyai darah keturunan Bali sehingga diyakini bisa mempermudah semua urusan persekutuan ini.
Ki Tunggal Jiwo merasakan bahwa ancaman ancaman ini tidak main main. Â Sehingga kemudian memutuskan untuk semakin memperkuat pasukan Sayap Sima melalui latihan latihan yang berat, menerima lagi tenaga tenaga baru dan bahkan berburu tokoh tokoh di dunia persilatan yang mempunyai keterikatan batin dengan Majapahit untuk turun gunung membela tanah air dan kerajaannya.
*******
Bersambung Bab VIII
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H