Pangeran yang licik ini melakukan semuanya dengan diam diam. Â Bahkan secara berkala, pangeran ini selalu berkirim kabar kepada Madaharsa, gurunya yang merupakan pimpinan Sayap Sima di Majapahit, semua rincian keadaan yang sedang berlangsung di Kerajaan Galuh Pakuan. Â
Pangeran Bunga sedang memainkan dua kaki untuk kepentingan dan keuntungan dirinya sendiri. Â Pangeran yang cerdas namun penuh dengan muslihat ini juga menyusun kekuatan di antara para pimpinan pasukan yang tidak menyukai Panglima Narendra untuk berpihak kepadanya. Â
Hal yang mudah baginya untuk merangkul dan merayu mereka yang kesetiaannya mudah digoyangkan. Â Melalui bujukan harta atau wanita, diam diam Pangeran Bunga telah berhasil menarik sepertiga dari keseluruhan pasukan Galuh Pakuan berdiri di pihaknya.Â
Pangeran ini mengerti betul bahwa memiliki pasukan yang sewaktu waktu siap digerakkan tidaklah cukup. Â Dia harus mempunyai sokongan yang kuat juga dari dunia persilatan, karena banyak sekali tokoh tangguh pasundan yang setia kepada garis keturunan langsung Raja Linggabuana. Â Oleh karena itu, pangeran ini secara sembunyi sembunyi berhubungan dengan para pengemis Tongkat Perak di ibukota Majapahit untuk bergabung dengannya dengan iming iming harta dan kekuasaan, tentu saja setelah dirinya nanti berkuasa.
Ketua Pengemis Tongkat Perak secara khusus mengirimkan empat wakilnya yang berjuluk Empat Pengemis Kaya Raya untuk selalu mengawal Pangeran Bunga kemana mana. Â Tentu saja empat orang ini tidak menampakkan diri sebagai anggota perkumpulan Pengemis Tongkat Perak. Â Mereka menyamar menggunakan baju pengawal kerajaan Galuh Pakuan, Garda Kujang Emas Elang.
Pangeran Bunga sengaja menyusupkan empat orang tokoh lihai ini ke dalam garda kujang pimpinan Putri Anjani karena pasukan yang ini lebih mudah disusupi dibandingkan dengan orang orang Kujang Emas Garuda pimpinan Dewi Mulia Ratri.
Selain itu pula, Pangeran Bunga mempunyai rencana busuk untuk mengadu domba Galuh Pakuan dengan padepokan padepokan di tanah pasundan yang semakin lama akan semakin gerah dengan situasi yang terjadi di ibukota. Â
Pangeran ini telah menghubungi beberapa padepokan yang tidak setuju dengan keputusan permaisuri dan para penasehat untuk mempersiapkan sebuah gerakan protes dan turun ke jalanan ibukota. Â Tujuannya tentu saja untuk menekan permaisuri dan para penasehat kerajaan agar membatalkan keputusan tersebut.
Sebenarnya Sang Permaisuri telah mengambil sebuah tindakan yang bijaksana. Â Selama Pangeran Niskalawastu Kancana belum cukup mencapai umur untuk mengambil keputusan sebagai raja, maka diangkatlah seorang pemangku raja yang bernama Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati. Â Hal ini sebenarnya dimaksudkan untuk meredam kekisruhan akibat ketidaksetujuan banyak orang tentang dipimpinnya kerajaan sebesar Galuh Pakuan oleh seorang anak remaja seperti Pangeran Niskalawastu Kancana.
Namun rupanya hal ini masih belum cukup bagi orang orang yang tidak puas dan menginginkan kekuasaan jatuh ke tangan mereka. Â Orang orang ini adalah orang orang yang berada dalam lingkaran hasutan Pangeran Bunga. Â Banyak putera selir yang lain mengambil sikap yang sama dengan Pangeran Bunga. Â
Selain hasutan itu memang mengena, juga karena mereka sangat segan terhadap pangeran ini. Â Punya pengaruh kuat lewat kuasanya terhadap sebagian pasukan Garda Kujang Emas Elang. Â Tangguh dan berilmu tinggi karena masih terus berlatih di bawah bimbingan tokoh sesat Madaharsa, membuat para pangeran yang lain menjadi takut dan segan. Â