Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Idu Geni

31 Januari 2019   09:00 Diperbarui: 31 Januari 2019   09:04 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Atas perintah siapa hei penjaga?!"

Suara Dewi Mulia Ratri yang menggelegar penuh kemarahan menakutkan si penjaga gerbang yang sekarang terdiam dan tidak berusaha menjawab pertanyaan Dewi Mulia Ratri sedikitpun. 

Kejengkelan Dewi Mulia Ratri semakin bertambah.  Gerbang itu sama sekali tidak bergeming membuka.  Para penjaganya juga diam seribu bahasa.  

Gadis ini tak habis pikir.  Apa yang sebenarnya sedang terjadi di ibukota?  Dia teringat ayahnya yang dulu turun ke ibukota bersama sebagian besar murid padepokan. Apakah ayahnya masih di sini?  Atau sudah kembali ke padepokan?  

Teringat padepokan akhirnya Dewi Mulia Ratri memutuskan mereka tidak perlu memaksa masuk gerbang ibukota.  Lebih baik jika mereka pergi ke padepokan Sanggabuana.  Siapa tahu ayahnya sudah pulang ke sana.  Lagipula, barangkali ada orang padepokan yang tahu apa yang telah terjadi di ibukota kerajaan.

Rombongan itu pergi meninggalkan ibukota dan mengalihkan tujuan ke Gunung Sanggabuana.  

Setelah rombongan itu pergi, barulah para penjaga pintu gerbang bernafas lega.  Mereka tadi sudah ketakutan gadis sakti pimpinan Kujang Emas Garuda itu memaksa masuk dengan kekerasan.  Mereka tidak akan bisa dan sanggup melawan.  Gadis itu terlalu sakti.  Namun mereka juga takut jika membukakan pintu gerbang, Pangeran Bunga akan menghukum berat mereka.  Pangeran yang kejam itu sering bertindak sewenang wenang akhir akhir ini kepada para pasukan yang tidak menurut pada perintahnya.

Keadaan di ibukota Galuh Pakuan sedang sedikit kacau.  Seperti api dalam sekam.  Permaisuri dan para penasehat kerajaan menetapkan dan mengangkat Pangeran Niskala Wastu Kencana yang masih kecil untuk memegang tampuk kekuasaan kerajaan sepeninggal Raja Linggabuana dan Dyah Pitaloka serta Andika Sinatria di Perang Bubat.  

Tentu saja ada pihak pihak yang menentang keputusan ini, termasuk Pangeran Bunga, dengan alasan sang pangeran yang merupakan adik dari Putri Dyah Pitaloka ini masih kecil dan belum bisa apa apa untuk mengendalikan kerajaan besar ini.

Pangeran Bunga diam diam menghasut kesana kemari untuk menentang keputusan ini.  dia tidak bisa melakukan semuanya dengan terang terangan karena masih takut kepada Ki Mandara dan Panglima Candraloka yang sepenuhnya mendukung keputusan permaisuri dan para penasehat kerajaan.  

Ki Mandara adalah tokoh sakti penyokong kerajaan yang selalu setia dan mempunyai pengaruh yang sangat kuat di lingkungan istana dan dunia persilatan.  Sementara Panglima Candraloka adalah seorang panglima yang teguh dan setia terhadap kerajaan serta mempunyai puluhan ribu pasukan di belakangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun