Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Paranoia

27 Januari 2019   10:31 Diperbarui: 27 Januari 2019   10:42 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya kabut itu turun
menyelimuti bibir gunung yang mengerut dingin
menggumamkan gigil ke lembah di bawahnya
bercerita tentang pepohonan yang mempertahankan hidup dengan saling memagut
di wilayah kerajaan hutan yang semakin menyurut

Juga tentang binatang-binatang yang terjebak paranoia
semenjak peristiwa-peristiwa histeria
belukar yang terbakar
batang-batang kayu yang terkapar
tanah-tanah gambut yang menggelepar

Tempat perjamuan makan terkikis berlapis-lapis
tempat perjanjian beregenerasi terkupas habis
tempat persembunyian sarang lenyap tak berbekas
tempat melahirkan anak-anaknya hanya tinggal sisa semak meranggas

Dunia bagi mereka yang bukan manusia
adalah dunia paranoia
ketakutan menjadi raja diraja
apakah esok hari mereka masih bisa mencium bau belantara
menghirup pekat aroma jamur dan serasah di dalamnya
sebagai penjaga ekuilibrium
tapi ternyata dijadikan yang paling terhukum

Bogor, 27 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun