Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kekaisaran Lini Masa

26 Januari 2019   10:09 Diperbarui: 26 Januari 2019   10:36 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasar lini masa disibukkan dengan berita-berita tak masuk kategori bisa dipercaya. Sebagian besar mengajak kita mengutuk yang bukan-bukan, merutuk yang kebenarannya diragukan.

Kita ditipu mentah-mentah setelah meramban dengan penuh keyakinan. Kita baru sadar setelah semua itu ternyata tak lebih dari kekacauan yang direncanakan. Kita benar-benar bebal. Kerja otak kita tergolong gagal.

Dunia maya menguasai kita nyaris segalanya. Kita dalam ranah kekaisaran yang begitu perkasa. Mempermainkan benak. Menyebabkan banyak kesimpulan yang luluh lantak.

Teh dan kopi pagi kita diseduh menggunakan ramuan berbahaya. Yaitu isu dan rumor yang dikemas menjadi seolah begitu berharga. Sebagai pemanis rasa, kita dihadiahi gula-gula yang sebenarnya difabrikasi dari kubangan cuka.

Semenjak membuka mata di pagi yang membuta hingga terpejam lagi di malam yang benar-benar buta, kita adalah hamba sahaya dari kekaisaran lini masa. Kita merasa begitu digdaya dan tahu segalanya. Padahal kita tak berdaya dan sama sekali tak tahu apa-apa.

Bogor, 26 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun