Jika kau seorang pejuang yang ambisius. Di kantong pikiranmu tertulis banyak sekali turus. Berhitung kehendak yang tak pernah sekalipun retak. Berkalkulasi keinginan tanpa sedikitpun lantak.
Maka kau bisa memiliki segalanya. Kecuali Tuhan dan cinta. Jika kau melupakan keduanya.
Bila kau seorang nahkoda yang berpengalaman menaklukkan lautan. Di hulu lenganmu kemudi kukuh terpantakkan. Badai bagimu adalah pasangan dansa. Gelombang tinggi untukmu adalah tarian salsa.
Maka kau adalah seorang penakluk yang berbahaya. Tanpa Tuhan dan cinta, kau hanyalah kecomang tanpa cangkang, mudah sekali binasa.
Ketika kau adalah pengembara belantara. Menjelajah dengan mudah pekatnya suluran akar dan banir Mersawa. Rawa bagimu adalah telaga yang memanjakan. Belukar bagimu adalah labirin yang mudah dipecahkan. Bukit tinggi kau daki tanpa sedikitpun rasa jeri. Rotan berduri tak lebih dari manik-manik hiasan para peri.
Maka kau adalah petualang paling jalang yang selalu berhasil pulang tanpa cedera. Tanpa Tuhan dan cinta di antaranya, kau tak lebih dari sisa-sisa busuk buah Ara.
Jangan pernah sekalipun lupa. Tuhan dan cinta ibarat gemuruh Niagara yang menyajikan puncak dari arti kata Maha pada setiap pesona yang dimilikinya.
Jakarta, 23 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H