Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mosaik Hujan

21 Januari 2019   22:26 Diperbarui: 21 Januari 2019   22:32 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hujan kali ini yang datang
setajam katana membelah malam
tubuh-tubuh rinai berhamburan
pecah di tanah-tanah basah
terkubur di hati hati yang digumuli resah

irama yang tertangkap telinga
seperti padang gurun yang terluka
semacam pula lagu-lagu orkestra
merayakan kesedihan tak kentara
dari orang-orang yang terpahat patah hatinya

rumput dan lumut merebahkan dirinya
diterpa ratusan rintik tanpa jeda
seolah anak gadis yang kehilangan mimpi terbaiknya
termangu di sudut ruang tanpa jendela
kosong, berteman dengan stupa rasa hampa

tapi, di antara sunyi yang memilin hati
hujan ini adalah lilin yang lupa mati
di tengah kegelapan tanpa celah
di sela rupa-rupa warna gelisah
menyala, tanpa tanda-tanda hendak rebah

mosaik hujan
dilukis otomatis oleh tangan-tangan tak kelihatan
mendermakan penghiburan
sekaligus penguburan
bagi rasa pedih yang berkepanjangan

Bogor, 21 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun