Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Musim Hujan di Tanah Milik Kemarau

13 Januari 2019   18:25 Diperbarui: 13 Januari 2019   18:33 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

di tanah-tanah milik kemarau, hujan yang datang adalah kesibukan
suka cita dan perayaan
suara-suara musik orkestra
dipadukan dengan pertunjukan opera
bertema kedatangan yang dimuliakan

di tanah ini, mati berarti terpanggang api
hangus, meranggas di pucuk dahan tirus yang mengurus

tanah milik kemarau adalah tanah perdikan luas
bekas jajahan dari musim panas
terus menerus menggugurkan daun
menggerus runtuh rasa hati seumpama kasih dilanun gurun

sawah ladang di sini adalah padang savana
memelihara singa, kuda dan hyena
dan musim perburuan mereka
adalah yang terbaik dari sebuah peristiwa
saling memangsa tapi bukan karena kuasa
saling memakan namun tidak dihiruk-pikuki ketamakan
sama sekali tidak meninggalkan tulang-tulang berserakan
secara berlebihan

di tanah milik kemarau
hujan yang datang laksana tuangan anggur penghalau risau
di pesta-pesta perjamuan takdir
ketika orang-orang berhasil menghapus perjumpaan dengan titik nadir

Bogor, 13 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun