kerajaan tak kasat mata yang didirikan berdasarkan perputaran nyata yang melibatkan musim dan cuaca. Melalui perjuangan sungai, kabut, embun dan telaga. Tiada henti bersirkulasi. Mati namun bereinkarnasi kembali. Berulangkali.
kerajaan hujan didirikan atas nama kebaikan. Banyak sekali hati yang terlanjur retak. Jiwa yang luluh lantak. Itu semua perlu disiram. Melalui petuah dan pepatah yang mendamaikan.
hujan telah menerbitkan traktat. Tentang ketenangan dan mufakat. Untuk menari di pelataran langit. Dalam rangka menghilangkan rasa sakit.
di kerajaan hujan semua punya kebebasan. Melalui gerimis menderma cinta. Lewat petir melampiaskan duka. Atau bermusik-dendang menyamarkan rindu, yang datang bertalu-talu.
di kerajaan hujan segalanya terang benderang. Berterus terang mengenai kenangan yang pasti akan menggenang. Berucap sejujurnya tentang jejak pertemuan yang bisa saja hilang. Juga berbicara kenyataan bahwa tak semua keberangkatan akan beranjak pulang.
di kerajaan hujan. Tak akan ada yang berkelindan. Kebenaran akan dibanjirkan. Kesalahan akan diungkapkan. Tidak kapan-kapan. Tapi tepat saat hujan berhenti. Ketika semua orang teringat akan dirinya sendiri. Karena terlalu sering berjanji. Untuk seringkali pula lupa ditepati.
Bogor, 13 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H