Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kerajaan Hujan

13 Januari 2019   16:15 Diperbarui: 13 Januari 2019   16:27 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kerajaan tak kasat mata yang didirikan berdasarkan perputaran nyata yang melibatkan musim dan cuaca. Melalui perjuangan sungai, kabut, embun dan telaga. Tiada henti bersirkulasi. Mati namun bereinkarnasi kembali. Berulangkali.

kerajaan hujan didirikan atas nama kebaikan. Banyak sekali hati yang terlanjur retak. Jiwa yang luluh lantak. Itu semua perlu disiram. Melalui petuah dan pepatah yang mendamaikan.

hujan telah menerbitkan traktat. Tentang ketenangan dan mufakat. Untuk menari di pelataran langit. Dalam rangka menghilangkan rasa sakit.

di kerajaan hujan semua punya kebebasan. Melalui gerimis menderma cinta. Lewat petir melampiaskan duka. Atau bermusik-dendang menyamarkan rindu, yang datang bertalu-talu.

di kerajaan hujan segalanya terang benderang. Berterus terang mengenai kenangan yang pasti akan menggenang. Berucap sejujurnya tentang jejak pertemuan yang bisa saja hilang. Juga berbicara kenyataan bahwa tak semua keberangkatan akan beranjak pulang.

di kerajaan hujan. Tak akan ada yang berkelindan. Kebenaran akan dibanjirkan. Kesalahan akan diungkapkan. Tidak kapan-kapan. Tapi tepat saat hujan berhenti. Ketika semua orang teringat akan dirinya sendiri. Karena terlalu sering berjanji. Untuk seringkali pula lupa ditepati.

Bogor, 13 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun