Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Eskapisme Rindu

12 Januari 2019   19:24 Diperbarui: 12 Januari 2019   19:23 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

secara eksponensial, rindu yang benar akan selalu membesar.

begitulah bahasa rindu yang disampaikan malam terhadap kegelapan yang membuatnya disebut kelam. Tanpa kegelapan, malam hanyalah satu petik kata tanpa jiwa.

begitu pula bahasa rindu yang diakui sunyi terhadap semua hal yang berbau kematian. Matinya cinta, matinya rasa, matinya nyawa, adalah sesungguhnya kesunyian. Tanpa kematian, sunyi hanyalah rasa hati yang dimetaforakan.

secara gradual, rindu yang benar adalah kerinduan tanpa disertai keraguan akan gagal.

rindu seorang ibu adalah rindu yang tak pernah gagal. Ibu selalu mengatakan rindu dengan kebenaran lafal. Seorang ibu adalah lumbungnya rindu. Tidak ada yang bisa melebihi itu.

rindu seorang kekasih adalah rindu yang selalu ketakutan. Takut rindunya tak tersampaikan. Merasa itu sebagai kegagalan. Lantas mulai menerbitkan ratapan.

padahal;

secara puitis, rindu yang meratap adalah ungkapan hati yang skeptis. Seperti deraian tangis apabila dibandingkan dengan kebaikan gerimis.




Bogor, 12 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun