Bab III-3
Dewi Mulia Ratri dan Arawinda saling berpandangan. Â Keduanya maklum seperti apa guru mereka ini. Â Arawinda hanya bisa menghela nafas panjang. Dia tahu apa maksud pesan gurunya tadi. Â Semua tugas menjaga keseimbangan yang diemban gurunya, diserahkan kepadanya sekarang. Â Dia tahu bahwa tugas ini luar biasa berat. Â Dia tidak tahu entah seperti apa keseimbangan yang harus dia jaga hari ini.
Dewi Mulia Ratri tercenung sejenak mendengar pesan gurunya tadi. Â Dia harus menahan apa? Â Pesan yang sangat membingungkan.Â
Kedua gadis ini mencoba keluar dan membuka pintu pondok. Â Namun pintu itu berat sekali tidak bisa dibuka. Sesuatu menahannya dengan begitu kuat. Â Sesuatu itu juga bersuara seperti dengungan dan siutan keras. Â Ya ampun, angin kencang menahan pintu ini tidak bisa membuka. Â
Luar biasa! Â Tak terbayangkan bagaimana jika mereka berada di luar saat ini. Â Sontak saja keduanya mengurungkan niat.Â
Badai memang masih bergulat dengan hujan dan petir. Â Gelombang besar dan raksasa bertubi tubi menghantam pantai Ngobaran. Â Seharusnya hari sudah terang sekarang. Â Namun matahari sepertinya enggan datang. Â Terlalu mengerikan di pantai Ngobaran. Â Suasana mencekam sama sekali tidak berkurang. Â Hanya bedanya sekarang orang orang bisa melihat betapa dahsyatnya amukan Raja Badai semalam.
Tidak seorangpun melihat saat dua bayangan menantang badai dan hujan. Â Mengendap endap sambil mempertahankan diri agar tidak terbawa angin yang masih mengamuk. Â Dua bayangan itu berusaha sekuat tenaga menuju sebuah bukit yang kebetulan agak jauh dari pantai. Â Di dalam keremangan, bukit itu terlihat seperti kura kura raksasa yang menyangga sebuah beban besar di punggungnya. Â Letak bukit itu persis di sebelah bukit tempat pondok Arawinda dan Dewi Mulia Ratri.
Air yang menggenangi daratan perlahan mulai menyurut. Â Nampak sekali bekas amukan Raja Badai. Â Batang batang pohon besar bergelimpangan di mana mana. Â Terlihat ada tiga kapal yang sudah berupa rongsokan terdampar jauh di daratan. Â Serpihan besar batu karang yang dihajar dan dipotong gelombang berhamburan di daratan. Â Dua bayangan ini melompat dari karang satu ke karang lainnya untuk menghindari air laut yang masih menggenang di sana sini.Â
Saat sudah sampai di bukit tujuan, dua bayangan ini berhenti. Â Menengok ke kanan dan kiri lalu dengan pasti menuju bangkai kapal yang teronggok di atas puncak bukit. Â Bangkai kapal itu dipenuhi lumut dan diselimuti karang kecil tempat biasa ikan ikan bersarang.Â
Badai tiba tiba berhenti seketika. Â Hujan juga tinggal menyisakan gerimis. Â Gelombang raksasa yang dari semalam menghantam bertubi tubi juga lambat laun mereda. Â Sinar matahari tahu tahu sudah meninggi. Â Memancarkan sinar yang terang benderang.Â