Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menjelmalah Kunang-kunang!

11 Januari 2019   19:05 Diperbarui: 11 Januari 2019   19:09 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

senja sedang ditempa pandai besi 
percikan merah serta hitam jelaga 
mengikuti warna api 

di sini 
dari serambi di mana inspirasi sedang bertransaksi 
api itu terlihat seperti kepundan sunyi 

di sana 
di batas langit yang tak kentara batasnya 
sedang ada upacara, ritual sederhana menghapus duka 

duka-duka yang terlahir tanpa bapa
juga ibundanya
karena orang tuanya adalah birahi yang tertunda
dari rasa pahit, getir, dan hambar
mengabarkan hati yang sakit, titik nadir, dan renjana yang pudar

dan inilah remang,
bersamaan dengan senja yang menemukan jalan pulang
api, sunyi dan duka menghilang
menjelmalah kunang-kunang!

Bogor, 11 Januari 2019 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun