berpaling untuk mendapati senja yang menua,
berbisik mesra;
akulah kekasih langit ketika dia lupa
;pada warna biru yang mulai luntur
akulah kekasih langit kala merah tembaga
;menghiasi bibirnya saat hendak tertidur
pulas di ambang petang
bersama menantikan kedatangan kunang-kunang
aku dan dia lalu menjadi kita
menerjemahkan siapa sesungguhnya kita
kita adalah peperangan tanpa disertai kematian
kita adalah kekacauan tanpa dibekali kekeliruan
kita adalah cinta tanpa dibebani janji untuk setia
kita adalah kesetiaan tanpa harus bersumpah cinta
karena kita ditakdirkan ke pelaminan, tanpa perlu sedikitpun perayaan
senja menghentikan kata-kata
kepada langit kekasihnya
sekarang ini, sudah cukup, dengan hanya menatapnya
tenggelam dalam kata-kata
di ruang malam, yang tak sanggup berkata-kata
Jakarta, 7 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H