Aku seringkali menggeretakkan gigi. Menahan muntab dan ujar-ujar keparat. Saat sedang asik-asiknya jalanan mampat. Suara dengung denging nguing nguing suruh orang minggir pontang panting.
Kalau itu ambulan, atas musabab sebuah kesakitan
kalau itu pemadam, atas akibat sebuah kebakaran
kalau itu presiden dan wakilnya, sebagai pengemudi negara
tak apa. Aku maklum saja. Bahkan menghaturkan dhawuh sendika.
Tapi ini kok ya keterlaluan sangat ya? Nyaris tak ada jeda bertubi-tubi dengang dengung nguing nguing silih berganti tiada henti.
Kalau itu pejabat atau wakil rakyat, apa sebenarnya yang hendak keburu dijabat? Bukankah lebih baik merasakan hal yang sama dengan para pembayar pajak yang setia. Tidak malah menyingkirkan pantatnya dengan semena-mena.
Kalau itu polisi atau tentara, apa sesungguhnya yang hendak bersicepat diperangi? Bukankah lebih elok jika mereka juga merasakan penderitaan yang sama bermacet ria. Tidak malah merasa abdi negara lantas memantati orang dengan seenaknya.
Aku ndak terima!
Kalau aku punya telekinesis, akan aku buat mesin mereka mendesis-desis di bahu jalan tak bisa jalan.
Kalau aku ahli sihir, akan aku jampi-jampi kendaraan mereka selambat bebek-bebek yang diangon di ratan.
Kalau aku jelmaan hulk, aku preteli roda-roda kalian sampai kalian harus menumpang truk-truk pengangkut sayuran.
Sayangnya aku cuma kuli kenek truk pengangkut sayuran
jadi aku gak bisa menghambat kalian tuan-tuan
tapi kalau sampai telekinator, tukang sihir dan hulk, ada beneran
aku nanti nggak akan kasih kalian tumpangan
hahahahaha
kapokmu kapan tuaaannnn....
Bogor, 6 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H