Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menunggu Kereta

5 Januari 2019   09:43 Diperbarui: 5 Januari 2019   10:18 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sambil menunggu kereta, yang akan membawaku entah kemana, karena aku tak punya rencana. Hanya memenuhi rintihan kaki, bukan bisikan hati. 

Aku tertawa. Sejadi-jadinya.

Otakku rupanya mulai tak bekerja. Aku diperintah kaki. Padahal aku tahu kaki, adalah organ yang paling dekat ke bumi. Seringkali menginjak barang-barang njijiki.

Tapi sudahlah. Aku kan memang selalu di bawah perintah. Oleh siapa saja yang mengaku pemerintah. Aku pasti pasrah.

Paling penting sekarang aku menaiki kereta. Menuju suatu tempat aku merasa merdeka. Entah itu di mana. Aku belum punya rencana.

Jakarta, 5 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun