Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sebuah Buku Masa Lalu

4 Januari 2019   22:09 Diperbarui: 4 Januari 2019   22:14 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingat, pernah menawarkanmu, sebuah buku. Di dalamnya ada pengakuan, tentang musim yang berubah cerah. Bersamaan dengan terlepasnya amarah, ke segala arah. Di mana mata angin tak berlaku, yang ada hanyalah halaman demi halaman buku. Juga bab demi bab, yang diam terpaku, di ujung matamu

Aku tak ingat, apakah kau membacanya habis. Aku hanya ingat, kau melepaskan tangis, di matamu yang terkikis, oleh gerimis. Sementara aku berlalu, secepat air yang membatu, di bawah titik beku.

Sekarang aku menagihmu, untuk bercerita, ala kadarnya. Apakah kau ingat, cerita dalam buku itu, bukanlah sebuah khayalan gagal. Tapi kenyataan yang terpenggal, setelah kadaluarsanya tanggal, oleh waktu yang bertindak sebagai jagal.

Besok aku ingin, kau kembali membaca buku itu, di teras rumah. Tempat aku dulu, menawarkanmu, sebuah buku, tentang musim yang cerah, tapi kita diamuk amarah, lalu berjalan berbeda arah.

Jakarta, 4 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun