Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Masa Silam yang Gagal Beresonansi

1 Januari 2019   19:13 Diperbarui: 1 Januari 2019   19:15 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lampu-lampu mulai menyala di kepala. Mengirimkan sinyal listrik pada setiap urat syaraf yang tegang oleh ketidakmampuan bagaimana mencari cara mengenyahkan gulita.

Hujan yang cuma gerimis menyimpan aura magis di sore yang sedikit manis. Bukan oleh tumpahan gula. Tapi lebih banyak disebabkan ketakutan akan pahit yang mengintip di balik jendela. Setiap kali jendela itu terbuka.

Ketika udara yang tak bersih lagi menyerbu masuk tanpa aba-aba. Menyusup tiba-tiba di laring yang enggan bersuara.

Tidak ada lagi pembicaraan tentang kenangan yang hilang maupun pulang. Kenangan telah dipigura dengan sebaik-baiknya. Tatkala benak sudah selesai direnovasi. Dari gaung masa silam yang gagal beresonansi.

Cuaca hilir mudik dan berganti. Dari hujan yang mengihwalkan mimpi. Hingga kemarau nun jauh di sana yang sedang bersiap-siap melakukan migrasi.

Sementara lonceng di menara kegaduhan sudah berhenti. Memberikan tanda bagi kita untuk mulai akrab lagi dengan sunyi.

Itu semua tak terhindari.

Jakarta, 1 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun