Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ruang Tamu bagi Masa Lalu

31 Desember 2018   15:50 Diperbarui: 31 Desember 2018   17:02 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang bertamu malam-malam di ruang tamumu yang dipenuhi banyak lukisan muram? Aku kira ia adalah kenangan yang berlompatan di ujung tahun mencari jalan pulang.

Bulan demi bulan ia menjadi cermin tempatmu berkaca pada masa lalu. Kalau sampai ia bertamu, berarti kau sengaja mengundangnya datang.

Perbincanganmu dengan tamu itu banyak diisi dengan diam. Kau menatap kosong ke arah lembar demi lembar yang dibuka oleh tamumu di hadapanmu. Sesekali kau menghela nafas. Tamumu juga tak banyak bicara. Ia hanya memutar kilas balik tanpa berkata-kata.

Semua kata-kata telah bergelimpangan dalam benakmu yang berusaha dengan sangat untuk lupa.

Begitu masehi menutup kalender lama dan menyodorkan almanak baru, kau mengusir tamumu pergi. Kau tak mau berisak berairmata, tapi kau berucap terbata-bata;

Aku tak menolakmu datang. Tapi aku berhak memilih kenangan mana yang akan aku pajang.

Jakarta, 31 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun