Desember sebentar lagi luruh. Bulan gaduh yang meruntuhkan banyak hal. Dari katastropi yang menjadi jagal. Atas kematian demi kematian yang menjemput kepulangan secara masal.
Bulan Desember seharusnya bulan penuh rindu. Banyak hujan datang bertamu. Mengetuk pintu demi pintu. Lalu mengabarkan tentang kehadiran bunga-bunga salju.
Ini penghujung tahun. Ketika semua orang merasa menjadi penyamun nostalgia dan dilanun rasa melankolia. Memanasinya dalam ingatan sekuatnya. Agar tak luluh apa yang masih tersisa di sana.
Bulan yang berkilas balik pada kenangan dan teka-teki. Apakah kenangannya menjelma jadi mimpi berulang, atau menjadi kenyataan yang dimpi-impikan. Apakah teka-tekinya tetap berupa misteri, atau berhasil dirapikan dalam arsip yang terkunci.
Bagi sebagian orang, bulan Desember adalah waktu paling tepat mengurai apa arti yang telah disemai. Melupakan apa saja kesungguhan yang kemudian terasa lalai. Memperbaikinya dengan cara sebenarnya. Sebelum kesalahan berikutnya kembali bermula.
Melankolia Desember. Bukan sekedar perasaan yang terguncang, kenangan yang terbuang atau kematian yang berdatangan. Tapi juga bagaimana menerjemahkan banyak kata cinta, agar tak lagi kehilangan.
Jakarta, 30 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H