Ketika pipimu merona
aku menyangka sedang terjadi purnama
buru-buru aku ke halaman depan, sebuah buku yang terbuka
aku jadikan ronamu cover muka
Ketika matamu menyala
aku pikir matahari sedang murka
segera saja aku lari menjemput malam
aku jadikan cahaya matamu rembulan
Ketika senyummu terkulum sempurna
aku kira senja sedang bermetafora
tergesa-gesa aku mengambil kertas
mewarnainya dengan merah yang tegas, agar sore tak menjadi pias
Ketika hatimu memintaku singgah
aku tak mampu menyanggah
aku berencana berdiam lama
hingga kau tak sadar aku ada di mana
Dan ketika kau menjenguk degup jantungmu
barulah kau bisa menemukanku
Jakarta, 29 Desember 2018