Merubah wajah dunia yang penuh bopeng dan cela
Perlu sebuah keberanian untuk memutuskanÂ
Maju terluka, diam berduka atau mundur mendustai airmata
Maju lelah, diam gelisah atau mundur menyerah
Maju berkeringat kerak, diam tanpa bergerak atau mundur hancur berserak
Bab V
Tlatah Ujung Kulon. Â Arya Dahana memasuki wilayah yang jarang didatangi manusia. Â Berada di ujung pulau Jawa sebelah barat. Â Tempat yang masih berhutan sangat lebat. Â Penuh dengan binatang buas dan cerita kesohor mengenai sihir sihir aneh dan tak masuk akal. Â
Selama perjalanan beberapa hari, Arya Dahana mencoba memulihkan luka dalam hebat Bimala Calya. Â Dia pernah ikut seorang dewa ilmu pengobatan selama sepuluh tahun. Â Sedikit banyak dia tahu apa yang harus dilakukan untuk mengobati luka dalam hebat akibat pukulan sakti. Â Mencari daun dan akar yang tepat untuk obat. Â Meskipun harus diakuinya Sima Lodra masih jauh lebih hebat dalam hal ini. Â Mungkin karena naluri binatang yang dimilikinya jauh lebih tajam dibanding manusia.
Teringat Sima Lodra, Arya Dahana jadi mengingat runutan perjalanan setelah terjadi pertarungan dahsyat di kota pelabuhan Tuban. Â Dia dan Dyah Puspita menyelamatkan Putri Anjani yang terluka parah akibat totokan pukulan aneh Bayu Lesus Madaharsa. Â Mereka membawa putri dari Istana Laut Utara itu ke hutan dimana Sima Lodra menunggu dengan setia.
Beberapa hari mereka berdiam di dalam hutan karena beberapa tabib yang didatangi tidak sanggup mengobati luka dalam hebat Putri Anjani. Â Seorang tabib yang paling terkenal dan hebat menyarankan untuk membawa Putri Anjani ke Ki Gerah Gendeng atau seorang tabib tua di Tlatah Ujung Kulon bernama Ki Sasmita. Â Luka dalam yang diderita gadis itu sangat aneh. Â Jika tubuhnya digerakkan, maka lukanya akan semakin parah. Â Totokan langka Bayu Lesus memang sangat hebat. Â Raja dari segala ilmu pukulan yang berdasarkan unsur utama angin. Â Kerusakan yang ditimbulkan juga dahsyat.
Ki Gerah Gendeng sudah lama meninggal dunia. Â Satu satunya pilihan adalah Ki Sasmita. Â Ujungkulon sangatlah jauh jaraknya. Â Tidak mungkin membawa Putri Anjani yang terluka sejauh itu. Â Setelah berunding dengan Dyah Puspita, akhirnya diputuskan Arya Dahana mencari obat ke Ki Sasmita sedangkan Dyah Puspita mencari tempat yang nyaman untuk menunggu di Alas Roban tempat Nyai Genduk Roban dan Ayu Wulan. Â Sekalian memenuhi janjinya mengajari ilmu kanuragan Ayu Wulan. Â
Gadis cucu Nyai Genduk Roban itu memang sudah kembali dari ibukota Majapahit atas permintaan khusus Dyah Puspita kepada Maesa Amuk saat dia dikirim ke perbatasan Blambangan waktu itu. Â Sedangkan Nyai Genduk Roban sudah pula kembali ke Alas Roban setelah perang Blambangan berakhir.
Arya Dahana mengantar terlebih dahulu Dyah Puspita dan Putri Anjani ke Alas Roban yang memang tidak terlalu jauh tempatnya dari kota pelabuhan Tuban. Â Dyah Puspita bersikeras dia yang menggendong Putri Anjani dan tidak memperbolehkan Arya Dahana melakukannya. Â Pemuda itu tidak paham alasannya namun dia menuruti saja permintaan Dyah Puspita tersebut.Â
Sesampainya di Alas Roban, Nyai Genduk Roban menerima mereka dengan senang hati. Â Terlebih lebih Ayu Wulan. Â Dia sangat suka kepada Dyah Puspita dan alangkah gembira hatinya saat Dyah Puspita meminta ijin untuk tinggal sementara di sana sampai Arya Dahana kembali membawa obat dari Ki Sasmita.Â